Kamis, 13 Agustus 2015

PEMAHAMAN KONSEP DISIPLIN ILMU DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA BELAJAR KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN






ABSTRAK

            Hasil observasi pendahuluan pada beberapa Peserta Didik di Banyuwangi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru-guru dalam proses pembelajaran. Salah satu kendalanya adalah sulit menerapkan disiplin ilmu terhadap peserta didik. Adapun tujuan dari penelitian tindakan ini adalah :
1.    Untuk mengetahui bahwa dengan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dapat meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran di sekolah.
2.    Untuk meningkatkan kemampuan Peserta Didik dalam mengerjakan tugas secara berkelompok dengan memahami konsep pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Dengan demikian, pemanfaatan konsep pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan kemapuan peserta didik dalam belajar secara berkelompok. Kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok juga meningkat, terbukti semakin aktifnya diskusi dalam kelompok dan kemampuan mengerjakan tugas kelompok semakin cepat dan sempurna.

1. Pendahuluan

            Berdasarkan observasi pendahuluan pada beberapa peserta didik di Banyuwangi, terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran . Salah satu kendalanya adalah dalam mengajarkan konsep kerja secara berkelompok. Menurut para guru penanaman konsep kerja secara berkelompok pada peserta didik sangat sulit. Kesulitan itu disebabkan sulitnya peserta didik menentukan peserta belajar kelompok dan juga di dalam kerja kelompok tersebut peserta didik kurang bekerja sama melainkan hanya bergurau, referensi yang kurang, waktu terbatas dan jam mengajar
guru cukup padat.

            Dari hasil tinjauan dengan salah satu guru di banyuwangi juga diperoleh keterangan bahwa disiplin ilmu di lingkungan sekolah jarang sekali dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran dan juga adanya simpang pendapat antara guru dan peserta didik. Temuan ini sesuai dengan pendapat Arief (1996) bahwa dalam proses belajar mengajar di sekolah guru masih dominan untuk memindahkan ilmu pengetahuan kepada Peserta Didik tanpa membuat Peserta Didik aktif dalam belajar. Pada kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran biologi. Menurut Sukmadinata (1988), guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran, yaitu guru yang dapat mempersiapkan Peserta Didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang dirumuskan dalam kurikulum. Sudah banyak tulisan yang menyoroti tentang lingkungan, tetapi penelitian - penelitian tersebut belum menyentuh langsung tentang upaya peningkatan pemahaman konsep khususnya konsep disiplin ilmu. Proses pembelajaran dengan metode ceramah dalam pembelajaran sehari hari cenderung membuat Peserta Didik menjadi pasif, dan tidak ada keinginan Peserta Didik untuk mencoba melakukan penelitian sederhana dalam belajar. Dengan demikian belajar kelompok, khususnya tentang disiplin ilmu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan, proses pendekatan keterampilan proses melatih Peserta Didik untuk melakukan pengamatan dan mencoba secara langsung masalah yang diamati dalam proses pembelajaran di dalam kehidupan sehari hari.

            Menurut Funk dan Harlen (1993), keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang dipergunakan untuk memproses informasi yang diperoleh dalam pembelaiaran. Sebagaimana dimuat dalam Depdikbud (1994) bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada pembentukan keterampilan memperoleh dan mengkomunikasikan perolehannya. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses diharapkan mencapai sasaran belajar sesuai dengan tujuan kurikulum pengajaran seperti dikemukakan oleh Bloom meliputi aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek sikap (affective domain), dan aspek keterampilan (psychomotor domain) (Darmodjo dan Kaligis, 1992). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang dianggap paling tepat untuk membentuk kerja kelompok bagi peserta didik.

            Dalam penelitian Sarjono dinyatakan, penerapan keterampilan proses Peserta Didik sangat kurang sehingga Peserta Didik menunjukkan ketidakmampuan mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri. Pada sisi lain juga terlihat bahwa kerja kelompok merupakan kesempatan untuk kumpul kumpul bersama teman tidak lain jikalau kumpul kumpul yang di bicarakan hanya bercanda dan main main.

            Menyimak gejala-gejala tersebut di atas diperlukan peningkatan pemahaman konsep belajar kelompok pada Peserta Didik. dan pelaksanaannya dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan serta lingkungan yang tidak hidup (abiotik)
seperti tanah, air, udara, iklim dan sinar matahari.

            Menurut Rifai Peserta didik harus diakrabkan dengan upaya-upaya nyata pelestarian keanekaragaman di lingkungan sekitarnya seperti mengadakan kunjungan ke kebun koleksi bibit, taman kota, halaman sekolah, dan sebagainya. Kunjungan tersebut akan menambah wawasan mereka tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya keanekaragaman dan juga menambah wawasan kekelompokan peserta didik, secara bijaksana terutama dalam proses belajar. Dampak lain dari upaya tersebut menyebab-kan Peserta Didik memahami arti penting dari keanekaragaman dan kerja
kelompok dalam disiplin ilmu.




            Dari latar belakang dan landasan teori di atas, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1.    Apakah pemanfaatan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran sehari hari pada peserta didik ?
2.    Apakah pemanfaatan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran kelompok dapat meningkatkan kemampuan Peserta Didik mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok ?

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.
1.    Untuk meningkatkan pemahaman disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran kelompok pada Peserta Didik, dan
2.    Untuk meningkatkan kemampuan Peserta Didik mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas pada peserta didik di banyuwangi karena kendala yang muncul dalam proses pembelajaran seperti kurangnya pemahaman konsep belajar kelompok pada Peserta Didik. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu upaya perbaikan proses pembelajaran oleh guru, sebab hanya gurulah yang paling tahu tentang keadaan kelas yang dikelolanya. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru di Banyuwangi. Penelitian ini berlangsung tiga siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu :
1.    Tahap perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran, penyiapan instrumen tes (pretes, postes), lembar observasi dan membentuk kelompok belajar Peserta Didik,
2.    Tahap pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang dibuat,
3.    Tahap observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman observasi, dan
4.    Tahap refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat dibuat perencanaan tindakan
pada siklus berikutnya.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat tes dan pedoman observasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan pemahaman konsep disiplin ilmu dalam kerja kelompok pada Peserta Didik. Alat tes yang digunakan terdiri atas 25 item soal pada setiap siklus, sehingga jumlah soal dari ketiga siklus menjadi berjumlah 75 item. Agar dalam penyusunan tes dapat mengukur aspek yang diperlukan dan sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan yang diajarkan, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes. Selanjutnya tes yang telah disusun diakukan uji coba terlebih dahulu agar tes (instrumen) dapat dipergunakan untuk menjaring data secara akurat. Kaitannya dengan uji coba tes tersebut maka dilakukan (a) uji validitas, (b) uji reliabilitas, (c) uji tingkat kesukaran, dan (d) uji daya beda. Selanjutnya, setelah tes tersebut memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tes yang baik barulah tes tersebut digunakan menjaring data dalam penelitian, seperti mengadakan pretes dan postes pada setiap siklus. Peserta Didik yang dianggap tuntas belajar, bila telah mencapai nilai 6,5 ke atas atau 65%, Peserta Didik yang mendapat nilai kurang dari 6,5 dinyatakan belum tuntas belajar. Pengadaan postes dilaksanakan pada setiap akhir siklus sedangkan untuk mengamati kegiatan guru dan Peserta Didik digunakan pedoman observasi. Untuk mendukung hasil pengamatan, peneliti juga melakukan pemfotoan kegiatan proses pembelajaran dengan
menggunakan kamera.

            Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rumus persentase. Selanjutnya, nilai yang diperoleh Peserta Didik di cocokkan kedalam tabel konversi nilai dengan skala lima. Hasil analisis ini digunakan untuk mencari ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% dari Peserta Didik memperoleh nilai 6,5 atau 65%, artinya Peserta Didik baru dapat dikatakan tuntas bila Peserta Didik telah mendapat nilai minimal 6,5. Bila Peserta Didik memperoleh nilai kurang dari 6,5 dianggap belum tuntas belajar, selanjutnya bagi Peserta Didik yang bersangkutan dimasukkan kedalam satu atau dua kelompok tergantung dari jumlah Peserta Didik yang belum tuntas belajar. Peserta Didik inilah yang mendapatkan perhatian (fokus) dari guru saat pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
           
3.1 Hasil Penelitian

                        Sebelum penelitian yang sebenarnya dimulai terlebih dahulu peneliti bersama guru dan Peserta Didik untuk belajar secara berkelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Tujuannya adalah untuk menambah Pengetahuan belajar secara berkelompok, sehingga nantinya lingkungan sekolah sudah mendukung pelaksanaan penelitian. Adapun jenis-jenis tugas yang di berikan meliputi : pelajaran matematika, Fisika Kimia dan lain lain. Pada saat penelitian tersebut tidak terlepas dari bimbingan guru pengampu mata pelajaran. Pada saat belajar kelompok tersebut Peserta Didik diberikan tugas menyusun laporan secara berkelompok mulai dari pemilihan kelompok yang akan dijadikan teman belajar sampai pada terselesainya tugas yang di
Berikan guru tersebut.

3.2 Pembahasan

            Pemanfaatan kerja kelompok di lingkungan sekolah dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep disiplin ilmu dalam pemanfaatan kerja kelompok pada Peserta Didik. Hal ini telah terbukti dari hasil pelaksanaan tindakan pada setiap siklus seperti diuraikan dalam isi materi yaitu pada hasil penelitian. Dari data tersebut terdapat peningkatan pemahaman konsep Peserta Didik yang sangat meyakinkan, artinya lingkungan sekolah sangat mendukung bila dimanfaatkan dalam proses pembelajaran karena dapat mempercepat pemahaman konsep kerja kelompok pada Peserta Didik. Temuan ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan penggunaan media dalam bentuk asli akan lebih bermakna bagi anak didik dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibandingkan media
 bentuk model, gambar dan sketsa.

            Bila dibandingkan dengan temuan peneliti lain yang dirujuk, maka penelitian ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu pemanfaatan kerja kelompok yang ada di lingkungan sekolah dalam upaya mempercepat pemahaman konsep disiplin ilmu pada Peserta Didik. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Peserta Didik, seperti
1.    Peserta Didik memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu yang berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah,
2.    gairah belajar Peserta Didik meningkat, tercermin dari keaktifan Peserta Didik dalam melakukan kegiatan di lapangan dan di kelas, dan
3.    Belajar menjadi bermakna, karena setelah konsepnya dipahami maka konsep tersebut lebih lama dapat diingat. Temuan ini didukung oleh pendapat Arikunto bahwa lingkungan sekolah merupakan sesuatu yang dekat dengan dunia Peserta Didik dan mudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, serta lingkungan sekolah merupakan tempat yang
menunjang sebagian dari kebutuhan Peserta Didik.

Penelitian ini juga berguna bagi guru, karena
1.    Guru dapat memperdalam pendekatan dan metode yang digunakan,
2.    Guru menjadi lebih profesional, karena meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang peserta didik dan juga penelitian tindakan kelas. Guru yang terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah guru yang selalu mau meningkatkan proses pembelajaran yang dikelolanya.
 
Pemanfaatan kedisiplinan dalam kerja kelompok di sekolah dapat meningkatkan kemampuan Peserta Didik dalam mengerjakan LKS secara berkelompok. Hal ini dapat terwujud karena pada setiap pelaksanaan tindakan, guru selalu membentuk kelompok-kelompok yang terdiri atas lima sampai enam orang Peserta Didik, baru kemudian dibagikan LKS. Kelompok ini tidak selalu tetap, karena pada setiap siklus selalu berubah susunan anggotanya. Perubahan ini bertujuan
a.    Memudahkan guru membimbing Peserta Didik,
b.    Membiasakan Peserta Didik bekerja secara berkelompok pada setiap orang, dan
c.    Meningkatkan keaktifan berdiskusi dengan suasana baru, serta
Peserta Didik akan lebih bergairah belajar.

                        Pada siklus I ada tiga kelompok yang belum aktif seperti kelompok 4, 6, dan kelompok 7. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ini belum aktif berdiskusi, belum dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas dan belum mampu membuat kesimpulan dengan benar. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara kerja kelompok, maka Peserta Didik harus mempersiapkan diri saling tergantung secara positif antara anggota kelompok lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar