ABSTRAK
Hasil observasi pendahuluan pada beberapa Peserta Didik di Banyuwangi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru-guru dalam proses pembelajaran. Salah satu kendalanya adalah sulit menerapkan disiplin ilmu terhadap peserta didik. Adapun tujuan dari penelitian tindakan ini adalah :
1. Untuk
mengetahui bahwa dengan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dapat meningkatkan
pemahaman konsep pembelajaran di sekolah.
2. Untuk
meningkatkan kemampuan Peserta Didik dalam mengerjakan tugas secara berkelompok
dengan memahami konsep pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Dengan demikian,
pemanfaatan konsep pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan kemapuan peserta
didik dalam belajar secara berkelompok. Kerjasama peserta didik dalam
menyelesaikan tugas secara berkelompok juga meningkat, terbukti semakin
aktifnya diskusi dalam kelompok dan kemampuan mengerjakan tugas kelompok
semakin cepat dan sempurna.
1. Pendahuluan
Berdasarkan observasi pendahuluan pada beberapa peserta didik di Banyuwangi, terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran . Salah satu kendalanya adalah dalam mengajarkan konsep kerja secara berkelompok. Menurut para guru penanaman konsep kerja secara berkelompok pada peserta didik sangat sulit. Kesulitan itu disebabkan sulitnya peserta didik menentukan peserta belajar kelompok dan juga di dalam kerja kelompok tersebut peserta didik kurang bekerja sama melainkan hanya bergurau, referensi yang kurang, waktu terbatas dan jam mengajar
guru
cukup padat.
Dari hasil tinjauan dengan salah satu guru di banyuwangi juga diperoleh keterangan bahwa disiplin ilmu di lingkungan sekolah jarang sekali dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran dan juga adanya simpang pendapat antara guru dan peserta didik. Temuan ini sesuai dengan pendapat Arief (1996) bahwa dalam proses belajar mengajar di sekolah guru masih dominan untuk memindahkan ilmu pengetahuan kepada Peserta Didik tanpa membuat Peserta Didik aktif dalam belajar. Pada kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran biologi. Menurut Sukmadinata (1988), guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran, yaitu guru yang dapat mempersiapkan Peserta Didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang dirumuskan dalam kurikulum. Sudah banyak tulisan yang menyoroti tentang lingkungan, tetapi penelitian - penelitian tersebut belum menyentuh langsung tentang upaya peningkatan pemahaman konsep khususnya konsep disiplin ilmu. Proses pembelajaran dengan metode ceramah dalam pembelajaran sehari hari cenderung membuat Peserta Didik menjadi pasif, dan tidak ada keinginan Peserta Didik untuk mencoba melakukan penelitian sederhana dalam belajar. Dengan demikian belajar kelompok, khususnya tentang disiplin ilmu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan, proses pendekatan keterampilan proses melatih Peserta Didik untuk melakukan pengamatan dan mencoba secara langsung masalah yang diamati dalam proses pembelajaran di dalam kehidupan sehari hari.
Menurut Funk dan Harlen (1993), keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang dipergunakan untuk memproses informasi yang diperoleh dalam pembelaiaran. Sebagaimana dimuat dalam Depdikbud (1994) bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada pembentukan keterampilan memperoleh dan mengkomunikasikan perolehannya. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses diharapkan mencapai sasaran belajar sesuai dengan tujuan kurikulum pengajaran seperti dikemukakan oleh Bloom meliputi aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek sikap (affective domain), dan aspek keterampilan (psychomotor domain) (Darmodjo dan Kaligis, 1992). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang dianggap paling tepat untuk membentuk kerja kelompok bagi peserta didik.
Dalam penelitian Sarjono dinyatakan, penerapan keterampilan proses Peserta Didik sangat kurang sehingga Peserta Didik menunjukkan ketidakmampuan mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri. Pada sisi lain juga terlihat bahwa kerja kelompok merupakan kesempatan untuk kumpul kumpul bersama teman tidak lain jikalau kumpul kumpul yang di bicarakan hanya bercanda dan main main.
Menyimak gejala-gejala tersebut di atas diperlukan peningkatan pemahaman konsep belajar kelompok pada Peserta Didik. dan pelaksanaannya dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan serta lingkungan yang tidak hidup (abiotik)
seperti
tanah, air, udara, iklim dan sinar matahari.
Menurut Rifai Peserta didik harus diakrabkan dengan upaya-upaya nyata pelestarian keanekaragaman di lingkungan sekitarnya seperti mengadakan kunjungan ke kebun koleksi bibit, taman kota, halaman sekolah, dan sebagainya. Kunjungan tersebut akan menambah wawasan mereka tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya keanekaragaman dan juga menambah wawasan kekelompokan peserta didik, secara bijaksana terutama dalam proses belajar. Dampak lain dari upaya tersebut menyebab-kan Peserta Didik memahami arti penting dari keanekaragaman dan kerja
kelompok
dalam disiplin ilmu.
Dari latar belakang dan landasan teori di atas, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah
pemanfaatan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran kelompok dapat
meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran sehari hari pada peserta didik ?
2. Apakah
pemanfaatan disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran kelompok
dapat meningkatkan kemampuan Peserta Didik mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
secara berkelompok ?
Dari
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.
1. Untuk
meningkatkan pemahaman disiplin ilmu di lingkungan sekolah dalam pembelajaran
kelompok pada Peserta Didik, dan
2. Untuk
meningkatkan kemampuan Peserta Didik mengerjakan lembar kegiatan secara
berkelompok.
2. Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas. Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas
pada peserta didik di banyuwangi karena kendala yang muncul dalam proses
pembelajaran seperti kurangnya pemahaman konsep belajar kelompok pada Peserta
Didik. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu upaya perbaikan proses
pembelajaran oleh guru, sebab hanya gurulah yang paling tahu tentang keadaan
kelas yang dikelolanya. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara
peneliti dengan guru di Banyuwangi. Penelitian ini berlangsung tiga siklus,
setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu :
1. Tahap
perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran,
penyiapan instrumen tes (pretes, postes), lembar observasi dan membentuk
kelompok belajar Peserta Didik,
2. Tahap
pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang
dibuat,
3. Tahap
observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman
observasi, dan
4. Tahap
refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan,
sehingga dapat dibuat perencanaan tindakan
pada
siklus berikutnya.
Data
dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat tes dan pedoman
observasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan pemahaman
konsep disiplin ilmu dalam kerja kelompok pada Peserta Didik. Alat tes yang
digunakan terdiri atas 25 item soal pada setiap siklus, sehingga jumlah soal
dari ketiga siklus menjadi berjumlah 75 item. Agar dalam penyusunan tes dapat
mengukur aspek yang diperlukan dan sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan
yang diajarkan, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes. Selanjutnya tes
yang telah disusun diakukan uji coba terlebih dahulu agar tes (instrumen) dapat
dipergunakan untuk menjaring data secara akurat. Kaitannya dengan uji coba tes
tersebut maka dilakukan (a) uji validitas, (b) uji reliabilitas, (c) uji
tingkat kesukaran, dan (d) uji daya beda. Selanjutnya, setelah tes tersebut
memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tes yang baik barulah tes tersebut
digunakan menjaring data dalam penelitian, seperti mengadakan pretes dan postes
pada setiap siklus. Peserta Didik yang dianggap tuntas belajar, bila telah
mencapai nilai 6,5 ke atas atau 65%, Peserta Didik yang mendapat nilai kurang
dari 6,5 dinyatakan belum tuntas belajar. Pengadaan postes dilaksanakan pada
setiap akhir siklus sedangkan untuk mengamati kegiatan guru dan Peserta Didik
digunakan pedoman observasi. Untuk mendukung hasil pengamatan, peneliti juga
melakukan pemfotoan kegiatan proses pembelajaran dengan
menggunakan
kamera.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rumus persentase. Selanjutnya, nilai yang diperoleh Peserta Didik di cocokkan kedalam tabel konversi nilai dengan skala lima. Hasil analisis ini digunakan untuk mencari ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% dari Peserta Didik memperoleh nilai 6,5 atau 65%, artinya Peserta Didik baru dapat dikatakan tuntas bila Peserta Didik telah mendapat nilai minimal 6,5. Bila Peserta Didik memperoleh nilai kurang dari 6,5 dianggap belum tuntas belajar, selanjutnya bagi Peserta Didik yang bersangkutan dimasukkan kedalam satu atau dua kelompok tergantung dari jumlah Peserta Didik yang belum tuntas belajar. Peserta Didik inilah yang mendapatkan perhatian (fokus) dari guru saat pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Sebelum penelitian yang sebenarnya dimulai terlebih dahulu peneliti bersama guru dan Peserta Didik untuk belajar secara berkelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Tujuannya adalah untuk menambah Pengetahuan belajar secara berkelompok, sehingga nantinya lingkungan sekolah sudah mendukung pelaksanaan penelitian. Adapun jenis-jenis tugas yang di berikan meliputi : pelajaran matematika, Fisika Kimia dan lain lain. Pada saat penelitian tersebut tidak terlepas dari bimbingan guru pengampu mata pelajaran. Pada saat belajar kelompok tersebut Peserta Didik diberikan tugas menyusun laporan secara berkelompok mulai dari pemilihan kelompok yang akan dijadikan teman belajar sampai pada terselesainya tugas yang di
Berikan guru tersebut.
3.2
Pembahasan
Pemanfaatan kerja kelompok di lingkungan sekolah dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep disiplin ilmu dalam pemanfaatan kerja kelompok pada Peserta Didik. Hal ini telah terbukti dari hasil pelaksanaan tindakan pada setiap siklus seperti diuraikan dalam isi materi yaitu pada hasil penelitian. Dari data tersebut terdapat peningkatan pemahaman konsep Peserta Didik yang sangat meyakinkan, artinya lingkungan sekolah sangat mendukung bila dimanfaatkan dalam proses pembelajaran karena dapat mempercepat pemahaman konsep kerja kelompok pada Peserta Didik. Temuan ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan penggunaan media dalam bentuk asli akan lebih bermakna bagi anak didik dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibandingkan media
bentuk model, gambar dan sketsa.
Bila dibandingkan dengan temuan peneliti lain yang dirujuk, maka penelitian ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu pemanfaatan kerja kelompok yang ada di lingkungan sekolah dalam upaya mempercepat pemahaman konsep disiplin ilmu pada Peserta Didik. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Peserta Didik, seperti
1. Peserta
Didik memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu yang berupa “keterampilan
proses” atau metode ilmiah,
2. gairah
belajar Peserta Didik meningkat, tercermin dari keaktifan Peserta Didik dalam
melakukan kegiatan di lapangan dan di kelas, dan
3. Belajar
menjadi bermakna, karena setelah konsepnya dipahami maka konsep tersebut lebih
lama dapat diingat. Temuan ini didukung oleh pendapat Arikunto bahwa lingkungan
sekolah merupakan sesuatu yang dekat dengan dunia Peserta Didik dan mudah
dikenal dalam kehidupan sehari-hari, serta lingkungan sekolah merupakan tempat
yang
menunjang
sebagian dari kebutuhan Peserta Didik.
Penelitian ini juga berguna bagi guru, karena
1. Guru
dapat memperdalam pendekatan dan metode yang digunakan,
2. Guru
menjadi lebih profesional, karena meningkatnya pengetahuan dan pemahaman
tentang peserta didik dan juga penelitian tindakan kelas. Guru yang terampil
melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah guru yang selalu mau meningkatkan
proses pembelajaran yang dikelolanya.
Pemanfaatan
kedisiplinan dalam kerja kelompok di sekolah dapat meningkatkan kemampuan Peserta
Didik dalam mengerjakan LKS secara berkelompok. Hal ini dapat terwujud karena
pada setiap pelaksanaan tindakan, guru selalu membentuk kelompok-kelompok yang
terdiri atas lima sampai enam orang Peserta Didik, baru kemudian dibagikan LKS.
Kelompok ini tidak selalu tetap, karena pada setiap siklus selalu berubah
susunan anggotanya. Perubahan ini bertujuan
a. Memudahkan
guru membimbing Peserta Didik,
b. Membiasakan
Peserta Didik bekerja secara berkelompok pada setiap orang, dan
c. Meningkatkan
keaktifan berdiskusi dengan suasana baru, serta
Peserta
Didik akan lebih bergairah belajar.
Pada siklus I ada tiga kelompok yang belum aktif seperti kelompok 4, 6, dan kelompok 7. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ini belum aktif berdiskusi, belum dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas dan belum mampu membuat kesimpulan dengan benar. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara kerja kelompok, maka Peserta Didik harus mempersiapkan diri saling tergantung secara positif antara anggota kelompok lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar